Siapakah Sebenarnya Yang Dikorbankan Oleh Ibrahim, Ishak Atau Ismael?
Ismail as adalah putra pertama dari nabi Ibrahim as dengan
Hajar, Ishaq as adalah anak kedua dari Ibrahim as dengan Sarah. Sarah
adalah istri pertama Ibrahim, namun hingga umurnya yang telah mencapai
seumur nenek-nenek belum juga dikarunia anak, maka Sarah memutuskan
agar nabi Ibrahim mengawini budaknya yaitu Hajar. Maka Ibrahimpun
mempunyai anak dengan Hajar yang diberi nama Ismail. Sarah cemburu
hingga mengusir Hajar agar keluar dari rumahnya, Ibrahimpun membawa
Hajar serta Ismail ke Mekah dan meninggalkannya di Mekah.
Menurut
keimanan Kristen dan Yahudi putra yang dikorbankan oleh Ibrahim
adalah Ishaq, tetapi menurut keimanan Islam putra yang dikorbankan
adalah Ismail. Perbedaan ini tidak mungkin benar keduanya, atau salah keduanya. Sebab, walau bagaimanapun hanya salahsatu yang benar.
Memang
dalam masalah siapakah yang dikorbankan bukanlah masalah akidah,
namun kebenaran siapakah yang dikorbankan membawa konsekuensi yang
teramat besar, terutama bagi orang-orang Kristen dan Yahudi, pasalnya
kebenaran ini berhubungan langsung dengan keakuratan kitab suci dalam
mengisahkan kejadian yang sesungguhnya.
Alqur'an
menyatakan secara tidak langsung bahwa putra nabi Ibrahim as yang
dikorbankan adalah Ismail, sementara menurut Talmud dan Bible yaitu
kitab agama Yahudi dan Kristen, menyebutkan secara langsung dan tegas
bahwa putra nabi Ibrahim yang dikorbankan adalah Ishaq.
Kajian
secara teliti dan jujur, baik berdasarkan Alqur’an, Bible dan Talmud
akan diperoleh kesimpulan yang sama bahwa putra nabi Ibrahim yang
dikorbankan adalah Ismail as bukan Ishaq as seperti yang diaku-aku
oleh orang-orang Yahudi dan Kristen selama ini. Penyebutan nama Ishaq
dalam Bible dan Talmud secara tata bahasa berkualitas sebagai sisipan
para penulis kitab karena kedengkiannya, mari kita kaji secara ilmiah
dan obyektif.
MENURUT AL-QUR’AN
Mari kita perhatikan ayat 100-113 Surat Ash-Shaffat
[100] Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.[101] Maka kami beri dia khabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar.
[102] Maka tatkala anak itu sampai ( pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya Aku melihat dalam mimpi bahwa Aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapat mu!" ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".
[103] Tatkala keduanya Telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis (nya),(nyatalah kesabaran keduanya)
[104] Dan kami panggillah dia: "Hai Ibrahim,
[105] Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
[106] Sesungguhnya Ini benar-benar suatu ujian yang nyata.
[107] Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.
[108] Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian
[109] (yaitu) " Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim".
[110] Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
[111] Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba kami yang beriman.
[112] Dan kami beri dia kabar gembira dengan (kelahiran) Ishaq seorang nabi yang termasuk orang-orang yang saleh.
[113] Kami limpahkan keberkatan atasnya dan atas Ishaq dan diantara anak cucunya ada yang berbuat baik dan ada (pula) yang zalim terhadap dirinya sendiri dengan nyata.
Ayat ini tidak mencantumkan nama anak yang dikorbankan Ibrahim as. namun bukan berarti tidak bisa diketahui siapa anak tersebut.
Inilah ketinggian sastra Alqur'an, walaupun nama tak disebut, namun makna yang hakiki tetap bisa diketahui.
Ada
beberapa hal yang harus diperhatikan, karena inilah kalimat kunci
agar kita bisa mengetahui bahwa anak Nabi Ibrahim adalah Nabi Ismail.
1. Pada ayat ke 112 Allah berfirman:
Di dalam ayat ini terdapat huruf Ùˆ (wauw) ‘Athf litartibi wa litisholi, maknanya,
huruf wauw yang menghubungkan dua peristiwa yang berbeda, secara
berurutan sesuai tertib/urutan waktunya, yaitu peristiwa pertama tentang
penyembelihan anak Nabi Ibrahim as yang telah dewasa yaitu Nabi
Ismail as dan dilanjutkan dengan peristiwa kedua, yaitu kelahiran
Ishaq as.
2. Dasar yang menetapkan bahwa anak itu Ismail as. adalah kalimat عليه padai ayat 113:
kata عليه di sini adalah milik Nabi Ismail dan bukan Nabi Ibrahim, mengapa demikian, karena pada kelanjutan ayat Allah berfirman: Dzurriyati hima
dhamir Ù‡ِـمَا adalah
milik Ismail dan Ishaq, karena mereka adalah saudara seayah, sehingga
anak cucu mereka yang disebut Allah, bukan anak cucu Ibrahim dan
Ishaq, karena keduanya adalah bapak beranak, jadi yang tepat adalah
anak cucu Ibrahim dari putra beliau Ismail dan Ishaq.
Coba perhatikan jawaban anak Nabi Ibrahim yang hendak dikorbankan itu pada ayat 102:
Ia menjawab: “Wahai ayah, lakukanlah apa yang telah diperintahkan kepadamu, Insya Allah ayah akan mendapatiku sebagai anak yang sabar ( من الصبرين )
Di dalam Alquran, nabi yang memiliki predikat khusus sebagai (الصبرين) hanya 3 orang, yaitu:
- Nabi Ismail
- Nabi Idris
- Nabi Dzulkifli
"Dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris dan Dzulkifli. semua mereka termasuk orang-orang yang sabar." (Al -Anbiya’ :85)
Jadi
jelaslah, bahwa Alquran telah menunjukkan hujjah yang terang, bahwa
anak Nabi Ibrahim as yang hampir disembelih adalah Nabi Ismail as.
Dalam
ayat-ayat selanjutnya mengisahkan dialog antara nabi Ibrahim dengan
Ismail tentang perintah penyembelihan Ismail, dan beliau berdua
berhasil melalui ujian yang nyata tersebut dengan amat sabar, dan
Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengganti Ismail dengan seekor sembelihan
yang besar.
Setelah al-Qur’an mengisahkan kisah antara
nabi Ibrahim dengan putranya Ismail, dalam ayat selanjutnya yaitu QS.
As-Shaffat:112 Al-Qur’an mengisahkan bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala
memberikan kabar baik akan datangnya seorang anak lagi yang bernama
Ishaq:
“Dan Kami beri dia kabar gembira dengan (kelahiran) Ishaq seorang nabi yang termasuk orang-orang yang saleh”. (QS. As-Shaffat:112)
Ayat
tersebut memberikan gambaran yang sangat jelas bahwa kabar gembira
akan lahirnya Ishaq adalah setelah kisah kabar gembira akan lahirnya
Ismail dan kisah perintah penyembelihannya. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa al-Qur’an menyatakan Ismail-lah yang akan disembelih bukan
Ishaq.
MENURUT BIBLE
Nabi
Ibrahim dan Istrinya Sarah adalah dari bangsa yang sama, Sarah
mempunyai budak bernama Hajar dari Mesir. Dalam pernikahannya dengan
Sarah nabi Ibrahim belum dikaruniai anak padahal umur mereka sudah
mencapai sekitar 80 tahun.Akhirnya Sarah memutuskan agar Ibrahim
menikahi budaknya yaitu Hajar.
"Adapun Sarai, isteri Abram itu, tidak beranak. Ia mempunyai seorang hamba perempuan, orang Mesir, Hagar namanya. Berkatalah
Sarai kepada Abram: “Engkau tahu, TUHAN tidak memberi aku melahirkan
anak. Karena itu baiklah hampiri hambaku itu; mungkin oleh dialah aku
dapat memperoleh seorang anak.” Dan Abram mendengarkan perkataan
Sarai. Jadi Sarai, isteri Abram itu, mengambil Hagar,
hamba-nya, orang Mesir itu, — yakni ketika Abram telah sepuluh tahun
tinggal di tanah Kanaan –, lalu memberikannya kepada Abram, suaminya,
untuk menjadi isterinya." (Kejadian 16:1-3)
Bersama Hajar nabi Ibrahim mempunyai anak yang kemudian dinamainya Ismail, ketika itu nabi Ibrahim berumur 86 tahun:
Abram berumur delapan puluh enam tahun, ketika Hagar melahirkan Ismael baginya. (Kejadian 16:16)
Dan ketika nabi Ibrahim berumur 99 tahun, Allah SWT menjanjikan seorang anak lagi namun dari pihak Sarah :
“Ketika Abram berumur sembilan puluh sembilan tahun, maka TUHAN menampakkan diri kepada Abram” ( Kejadian 17:1)
Aku
akan memberkatinya, dan dari padanya juga Aku akan memberikan
kepadamu seorang anak laki-laki, bahkan Aku akan memberkatinya,
sehingga ia menjadi ibu bangsa-bangsa; raja-raja bangsa-bangsa akan
lahir dari padanya.” (Kejadian 17:16)
Dan setahun
kemudian lahirlah anak dari Sarah yang diberi nama Ishaq, dua tahun
kemudian nabi Ibrahim mengadakan perjamuan besar untuk menyapih Ishak,
sehingga ketika Ishaq berumur 2 tahun Ismail berumur 16 tahun, namun
Sarab berubah pikiran setelah mempunyai anak, ia menyuruh nabi Ibrahim
untuk mengusir Hajar dan Ismail dari rumahnya, maka Hajar dan Ismail
meninggalkan rumah Sarah.
Setelah itu Allah berfirman kepada nabi Ibrahim:
Firman-Nya:
“Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishaq,
pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban
bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu.” (Kejadian 22:2)
Dalam
ayat tersebut dikisahkan secara jelas dan gamblang bahwa Bible
mengisahkan Ishaqlah yang dikorbankan untuk disembelih bukan Ismail.
BENARKAH KISAH BIBLE?
Satu-satunya
dasar bagi orang-orang Yahudi dan Kristen mengimani Ishaq yang
dikorbankan adalah penyebutan nama Ishaq dalam kitab mereka yaitu dalam
Kejadian 22:2.
“Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishaq” . (Kejadian 22:2)
Setelah dikaji, kalimat “ yakni Ishaq” dalam ayat tersebut mempunyai kejanggalan yang teramat serius, alasannya:
Pertama: kalimat “yakni Ishaq” pada susunan tersebut adalah mubazir, karena kalimat tersebut telah sempurna justru bila tanpa “yakni Ishaq” : Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi,
Dengan
susunan tersebut tentu nabi Ibrahim sudah paham siapa yang disebut
sebagai anak tunggal yang dikasihinya. Apa mungkin seorang ayah tidak
tahu siapa anak tunggalnya?
Kedua: Kalimat “yakni Ishaq” kontradiksi dengan kalimat sebelumnya yang menyatakan: "Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi"
Karena
ketika itu, Ismail telah lebih dahulu lahir sebagai anak nabi
Ibrahim, penyebutan Ishaq sebagai anak tunggal dalam ayat tersebut
tidak sesuai dengan sejarah dan itu berarti mengingkari Ismail sebagai
anak sah Ibrahim.
"Inilah keturunan Ismael, anak Abraham, yang telah dilahirkan baginya oleh Hagar, perempuan Mesir, hamba Sara itu." (Kejadian 25:12)
Tentu
saja menyebut Ishaq sebagai anak tunggal berarti mengingkari Ismail
sebagai anak Ibrahim, mengingkari Ismail sebagai anak Ibrahim berarti
mengingkari ayat-ayat dalam Bible itu sendiri.
ISHAQ ANAK TUNGGAL?
Firman-Nya: “Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi” (Kejadian 22:2)
Siapakah anak tunggal yang dimaksud dalam ayat tersebut bila bukan Ishaq?
Ibrahim
hanya mempunyai dua orang anak, yaitu Ismail dan Ishaq, Ishaq bisa
disebut sebagai anak tunggal bila Ismail sebagai anak pertama telah
meninggal, tetapi kenyataannya Ismail belum meninggal. Ismail bisa
disebut sebagai anak tunggal bila Ishaq belum lahir, keadaan yang kedua
inilah yang paling mungkin.
Al-Qur’an mengisyaratkan
bahwa peristiwa perintah penyembelihan terhadap Ismail adalah sebelum
Allah memberikan kabar gembira yang kedua kalinya kepada nabi Ibrahim
akan lahirnya seorang anak lagi yaitu Ishaq, seperti disebutkan dalam
QS. 37:101-11.
Al-Qur’an menyatakan bahwa:
“Maka
tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama
Ibrahim, , Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam
mimpi bahwa aku menyembelihmu” (QS.As-Shaffat:102)
Yang
dimaksud pada umur sanggup adalah ketika seseorang sudah bisa untuk
mencari kayu bakar, mengembala kambing, mencari air dan lain-lain, dan
ketika Ismail mencapai pada umur sanggup Ishaq belumlah lahir, jadi
ketika itu Ismail adalah anak tunggal nabi Ibrahim.
Penyebutan “yakni Ishaq”
dalam kejadian 22:2 membuat fakta-fakta yang ada menjadi berantakan,
ayat-ayat dalam Bible yang berhubungan dengan Ismail dan Ishaq menjadi
banyak yang kontradiksi, Ishaq yang bukan anak tunggal disebut sebagai
anak tunggal, Ismail yang anak sah nabi Ibrahim harus diingkari. Untuk
mengingkari Ismail sebagai anak sah nabi Ibrahim, harus diingkari
pula bahwa Hajar bukan istri sahnya, seperti ayat berikut ini:
“Berkatalah
Sara kepada Abraham: “Usirlah hamba perempuan itu beserta anaknya,
sebab anak hamba ini tidak akan menjadi ahli waris bersama-sama dengan
anakku Ishak.” (Kejadian 21:10)
Bukankah ayat itu menyangkal Hajar dan Ismail sebagi istri dan anak nabi Ibrahim?
MENGAPA HARUS ISHAQ?
Orang-orang
Israel sangat bangga atas kesukuannya, sangat mengagung-agungkan
nenek moyangnya, mereka menjunjung tinggi nabi Ishaq tetapi
merendahkan nabi Ismail, karena Ishaq adalah nenek moyang mereka yang
berderajat tinggi dan berdarah murni sebagai keturunan nabi Ibrahim
dengan Sarah yang berasal dari satu bangsa dan sebagai seorang
majikan, sementara Ismail adalah nenek moyang bangsa Arab dari
keturunan nabi Ibrahim dengan Hajar yang berdarah koptik (campuran)
antara Israil dengan Mesir dan Hajar adalah budak dari Sarah. Menurut
mereka bangsa Israel adalah bangsa yang lebih tinggi derajatnya
daripada bangsa Arab.
Orang-orang Israel iri hati
setelah Allah menjadikan Ismail sebagai korban yang akan disembelih,
orang-orang Israel tidak mau orang-orang Arab mendapatkan kemuliaan
dari Allah SWT, mereka menginginkan segala kemuliaan dan berkah hanya
untuk orang Israel, menurut mereka semestinya Ishaqlah yang dipilih
sebagai korban sembelihan, karena kesombongan tersebut dan perasaan
lebih tinggi dari bangsa Arab, mereka berani mengadakan kedustaan
dengan mengubah-ubah ayat-ayat Allah, salah satunya dengan menambah
kalimat:
Yakni Ishaq Ke dalam kalimat anakmu yang tunggal itu
Mereka
sebenarnya mengetahui bahwa Ishaq bukanlah anak tunggal nabi Ibrahim,
dan mereka mengetahui bahwa Ismail pernah menjadi anak tunggal nabi
Ibrahim yaitu ketika Ishaq belum lahir, mereka tidak peduli bila
penambahan tersebut akan mengakibatkan kontradiksi yang serius dalam
kitab mereka, Allah SWT telah menyatakan dalam al-Qur’an:
“segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahya setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui” (QS.Al-Baqarah:75)
Begitu
besar kebencian orang-orang Yahudi kepada orang-orang Arab sampai
berani mengubah fakta bahwa Ishaq yang bukan anak tunggal ditulisnya
sebagai anak tunggal dalam kitab mereka sebagai anak tunggal demi
menghilangkan kemuliaan Ismail.
Kebencian orang-orang
Yahudi dan Israel kepada bangsa Arab tidak hanya pada masa nabi Ishaq
dan nabi Ismail hidup, tetapi kebencian mereka berlanjut hingga pada
masa diutusnya nabi Muhammad saw sebagai Rasul bahkan hingga sekarang
ini.
Ketika Yesus/nabi Isa as menyampaikan kabar kepada
orang-orang Israel tentang akan datangnya seorang nabi terakhir dari
keturunan Ismail, mereka langsung marah dan gusar yang akhirnya pada
rencana pembunuhan nabi Isa as.
Makanya setelah
orang-orang Israel/ Yahudi mengetahui bahwa nabi terakhir dari bangsa
Arab dan jaman akan diutusnya seorang nabi sudah dekat, mereka banyak
yang pergi ke Madinah untuk menunggu datangnya nabi tersebut dengan
maksud akan membunuhnya, bukan untuk mengimaninya, dan mereka
mengancam masyarakat Madinah:
Sekarang ini sudah
hampir zaman seorang nabi yang diutus. Kami akan membunuh kalian
bersamanya. Nasib kalian akan seperti kaum ‘Ad dari penduduk Iram [Sirah Ibnu Hisyam dengan sanad Hasan]
Namun
Alhamdulillah karena ancaman yang sekaligus memberikan kabar tentang
ramalan akan datangnya seorang nabi di Madinah tersebut, orang-orang
Madinah mudah beriman kepada nabi Muhammad saw ketika nabi Muhammad
saw hijrah ke Madinah padahal mereka tidak pernah bertemu sebelumnya.
Wallahualambissawab.
[Sumber: Islam Menjawab]
Artikel ini diunggah pada hari/tanggal: Jumat, 14 September 2012 jam 13.47 di bawah kategori Alkitab, Ibrahim, Sejarah. Anda dapat mengikuti semua respons atas artikel ini melalui RSS 2.0. Atau Anda sendiri dapat memulainya dengan menulis respons di sini.
# by Anonim - 29 Desember 2012 pukul 07.29
Anak yg sah adalah anak yg lahir dari istri yang sah juga dong,,,
# by Anonim - 24 September 2013 pukul 03.17
yg lebih masuk akal semua itu adalah mitos. kalo di jawa disebut babat yaitu sejarah leluhur yang disampaikan turun-ttemurun dalam bentuk syair atau prosa. tetang kebenaranya ya gak menjamin
# by Anonim - 18 Oktober 2013 pukul 20.34
Justru Al Quran yg muncul belakangan mencari celah agar org sprt den bagus ini mau percaya. Pasal 21 menuliskan bhw hajar dan ismail diusir yg konsekuensinya dicabut hak anak. Pasal 22 ditulis Tuhan mengakui ttg ketunggalan hak anak ada pada ishak. Yg jadi masalah, justru ada penegasan dari Tuhan malah dicurigai oleh den bagus sbg "sesuatu yg mubazir". Tidak ada masalah antara orang israel dan Arab. Paling tidak sblm Muhammad lahir. Jadi hal ini tdk menjadi dasar tuduhan den bagus bahwa ada kebencian shg perlu ada pemutarbalikan. Justru Muhammad yg membutuhkan dukungan sejarah (yg diubah) agar dia punya dasar (meskipun bukan dasar yg teguh). Thx
# by Anonim - 19 Oktober 2013 pukul 01.52
Tentang Ismail sblm dia dilahirkan telah dinubuatkan oleh malaikat: seorang seperti keledai liar (pemberontak), tangannya akan melawan tiap2 orang dan tangan tiap2 orang akan melawan dia dan dia akan bertentangan dengan saudara2nya (Kej 16:12). Tentang Ishak, jauh sblm Muhammad/Alquran lahir Tuhan sudah menetapkan bahwa yang akan disebut keturunan Ibrahim adalah yang berasal dari Ishak (Kej 21:12). Inilah yang secara picik dilakukan pembolak balik fakta dengan mengambil sepotong disini sepotong disana untuk dibuat2 agar menimbulkan pemahaman baru. Dengan kata lain sebutan anak tunggal memang benar diberikan kepada Ishak. Ismail tidak memiliki hak sebagai anak dari Ibrahim. (Alz)
# by Anonim - 29 April 2015 pukul 11.25
Hahahaha, sungguh lucu melihat pembelaan Agama kalian..
Katanya Alkitab sudah dirubah2 ayatnya, tp ttp aja mengambil referensi atau perbandingan dr Alkitab..
Trus katanya Alquran penyempurnaan dr taurat dan injil... Mana.?? Mana buktinya...????
Anak yg dikorbankan ibrahim untuk allah aja ngk dibuat di Alquran..
Trus 10 hukum Taurat Musa pun ngk ada di Alquran...?????
Heran melihat pencitraan Agama klean..
# by Unknown - 12 Desember 2015 pukul 19.16
Memang'a ada ya.. Mantan anak...?? Scra sah atau tdk yg pasti anak itu terlahir krn ada bapak'a kan.. Hak anak d cabut br denger deh, klo hak asuh d cabut itu srg t'dengar..
# by Unknown - 12 Desember 2015 pukul 19.17
Memang'a ada ya.. Mantan anak...?? Scra sah atau tdk yg pasti anak itu terlahir krn ada bapak'a kan.. Hak anak d cabut br denger deh, klo hak asuh d cabut itu srg t'dengar..
# by rajaRomawi - 7 Agustus 2016 pukul 07.19
Memang Nabi Ibrahim main bercinta aja,pengen punya anak. Ndak menikah.wkwkwk.dia Nabi loh.utusan Tuhan. Ada" aja ngomong: istri Sah.